Arsip

Archive for the ‘Fanatisme’ Category

Sikap Berlebihan Terhadap Kuburan Orang-orang Shaleh

Sikap Berlebihan Terhadap Kuburan Orang-orang Shaleh, Akan Menjadikannya Sebagai Berhala Yang Disembah Selain Allah.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rohimahullah ta’ala


Imam Malik meriwayatkan dalam Al-Muwaththa’ bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ya Allah! Janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah. Allah sangat murka kepada orang-orang yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dengan sanadnya dari Sufyan, dari Manshur, bahwa berkenaan dengan ayat:

“Terangkanlah kepadaku (kaum musyrikin) tentang (berhala yang kamu anggap sebagai anak perempuan Allah): Al-Lat, dan Al-Uzza; …” (An-Najm: 19)

Mujahid mengatakan: “Al-Lat adalah orang yang dahulunya mengadukkan tepung (dengan air atau minyak) untuk para jemaah haji. Setelah meninggal, merekapun senantiasa mendatangi kuburannya.”

Demikian pula tafsiran Ibnu ‘Abbas sebagaimana dituturkan oleh Abul Jauza’: “Dia itu pada mulanya adalah orang yang mengadukkan tepung untuk para jemaah haji.”

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat kaum wanita yang menziarahi kuburan serta orang-orang yang membuat tempat ibadah dan memberi penerangan lampu di atas kuburan.” (HR para penulis Kitab Sunan)

Kandungan tulisan ini:

  1. Tafsiran berhala. Berhala ialah sesuatu yang diagungkan selain Allah, seperti kuburan, batu, pohon dan sejenisnya.
  2. Tafsiran tentang ibadah. Mengagungkan kuburan dengan dijadikan sebagai tempat melakukan ibadah, adalah termasuk pengertian ibadah yang dilarang oleh Rasulullah.
  3. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan do’anya itu, tiada lain hanyalah memohon kepada Allah supaya dihindarkan dari sesuatu yang dikhawatirkan terjadi (pada umatnya sebagaimana yang telah terjadi pada umat-umat sebelumnya, yaitu: sikap berlebihan terhadap kuburan beliau yang akhirnya kuburan beliau akan menjadi berhala yang disembah).
  4. Dalam do’anya itu, beliau sebutkan pula perbuatan menjadikan kuburan para nabi sebagai tempat ibadah.
  5. Bahwa Allah sangat murka (terhadap orang-orang yang menjadikan kuburan para nabi sebagai tempat ibadah).
  6. Diantara masalah yang sangat penting untuk dijelaskan dalam bab ini ialah pengetahuan historis tentang penyembahan Al-Lat, berhala terbesar orang-orang Jahiliyah.
  7. Berhala ini asal-usulnya kuburan orang yang shaleh (yang diperlakukan secara berlebihan dengan senantiasa dikunjungi oleh mereka).
  8. Al-Lat adalah nama orang yang dikuburkan itu, yang pada mulanya seorang pengaduk tepung untuk para jemaah haji.
  9. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita penziarah kubur.
  10. Beliau juga melaknat orang-orang yang memberi penerangan lampu di atas kuburan.

Dikutip dari buku: “Kitab Tauhid” karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da’wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.

 

 

Blog Abufahmi Abdullah

al Qaeda

Profil al Qaeda semenanjung Arab

Al Qaeda di Semenanjung Arab lancarkan “perang total”

Al Qaeda di Semenanjung Arab, *AQAP, dibentuk pada bulan Januari 2009 melalui penggabungan dua kelompok regional yang merupakan pecahan dari jaringan militan Islam di Yaman dan Arab Saudi.

Dipimpin oleh mantan pembantu Osama Bin Laden, kelompok ini bertekad menyerang fasilitas minyak, warga asing dan pasukan keamanan dalam upaya menyingkirkan kerajaan Arab Saudi dan pemerintah Yaman dan mendirikan satu Kalifah Islam.

Kelompok ini mengaku bertanggungjawab atas sejumlah serangan di kedua negara dalam 12 bulan terakhir, dan dituduh Presiden Barack Obama mencoba meledakkan satu pesawat penumpang milik Amerika Serikat saat terbang menuju Detroit pada hari Natal tahun lalu.

Seorang warga Nigeria yang didakwa terkait dengan insiden ini, Umar Farouk Abdulmutallab, diduga telah memberitahu para penyidik bahwa anggota AQAP melatihnya di Yaman, memberi dia alat peledak berkekuatan besar dan memberi perintah.

Dia juga memperingatkan masih banyak orang seperti dia yang akan segera melakukan serangan.

Pemancungan

AQAP pertama kali muncul ke permukaan di Arab Saudi pada bulan Mei 2003 di Arab Saudi, ketika menyatakan bertanggungjawab atas sejumlah serangan bom bersamaan di tiga kompleks perumahan warga barat di Riyadh yang menewaskan 29 orang.

Meski kemudian pasukan keamanan Arab Saudi melakukan operasi penangkapan militan Islam dan radikal, kelompok ini bisa melakukan satu serangan ke kompleks perumahan Muhayyah di Riyadh pada bulan November 2003 dan menewaskan 17 orang.

Tahun 2004 kelompok ini mengalami pukulan keras ketika ketuanya, Khaled Ali Hajj -warga Yaman dan mantan pengawal Bin Laden- diserbu dan tewas di tangan tentara Arab Saudi.

[Al Qaeda di Arab Saudi menyerang sasaran-sasaran barat di Riyadh]

Akan tetapi, kelompok ini segera bangkit kembali dibawah pimpinan seorang militan veteran Arab Saudi, Abdul Aziz al-Muqrin, dan melancarkan serangkaian serangan besar-besaran.

Tanggal 1 Mei 2004, kaum militan menembak mati lima pekerja asal negara barat di satu kompleks petrokimia di kota Yanbu, Arab Saudi. Tanggal 29 Mei, lebih dari 20 warga asing dan Arab tewas dalam serangan ketiga lokasi di dekat kota al-Khobar, yang menyebabkan kekhawatiran akan ketidakstabilan politik meningkat dan mendorong harga minyak global.

Bulan berikutnya, anggota AQAP menculik dan memancung pegawai perusahaan pesawat ruang angkasa asal Amerika bernama Paul Johnson.

*AQAP

  • Didirikan bulan Januari 2009 setelah al Qaeda Arab Saudi dan Yaman menggabungkan diri
  • Bermarkas di Yaman timur
  • Dipimpin Nasser al-Wuhayshi, warga Yaman mantan pembantu Osama Bin Laden. Wakil pemimpin adalah Said al-Shihri yang pernah dipenjara di Guantanamo
  • Tujuan menyingkirkan kerajaan Arab Saudi dan pemerintah Yaman, dan mendirikan Kalifah Islam
  • Terkenal setelah melakukan pemboman di Riyadh tahun 2003, dan serangan terhadap kedubes AS di Sanaa tahun 2008
  • Mengatakan bertanggungjawab atas upaya pemboman pesawat penumpang Amerika yang gagal pada bulan Desember 2009

Namun kemenangan mereka tidak berlangsung lama karena operasi penyerbuan pasukan keamanan terhadap satu tempat persembunyian di Riyadh menyebabkan Muqrin tewas ditembak.

Meski setidaknya militan menewaskan setidaknya sembilan orang dalam penyerbuan ke konsulat Amerika di Jeddah bulan Desember 2004, al Qaeda di Semenanjung Arab tidak banyak melakukan aksi serangan yang sukses dibawah kepemimpinan pengganti Muqrin, Salih al-Awfi.

Dinas keamanan Arab Saudi secara bertahap berhasil menguasai keadaan dan berhasil mencegah serangan-serangan besar pada tahun 2005 ketika Awfi tewas dalam operasi penggerebekan polisi di kota suci Madinah.

Meski jumlah warga Arab Saudi yang menjalani latihan di kemp militan dan mendapat pengalaman bertempur di tempat seperti Irak, kelompok ini semakin kesulitan mengorganisir sel-sel operasional di dalam wilayah Arab Saudi. Upaya serangan penting paling akhir yang dilakukan adalah ke fasilitas minyak Abqaiq pada bulan Februari 2006.

Lari dari penjara

Sementara itu di Yaman -negara asal keluarga Bin Laden- kaum militan Sunni memanfaatkan pemerintah pusat yang lemah yang kewenangannya tidak mencakup wilayah di luar ibukota Sanaa, dengan mendirikan markas di wilayah kesukuan yang secara umum memiliki otonomi.

Meski sel-sel al Qaeda dianggap bertanggungjawab atas sejumlah serangan di dalam wilayah Yaman sejak serangan kapal kecil ke kapal perang USS Cole dekat pelabuhan Aden tahun 2000 yang menewaskan 17 tentara angkatan laut, baru lima tahun lalu satu kelompok afiliasi yang berfungsi penuh terbentuk.

Menurut Gregory Johnsen dari Universitas Princeton, antara tahun 2002 dan 2003 pemerintah Yaman bekerja erat dengan Amerika Serikat dalam memerangani al Qaeda.

Dan di akhir periode -yang antara lain diwarnai dengan pembunuhan satu pemimpin lewat serangan pesawat tak berawak CIA yang kontroversial- ini, al Qaeda tampaknya berhasil dilemahkan sehingga kedua negara mengalihkan perhatian.

Menurut Johnsen kebijakan itu tampaknya berhasil hingga bulan Februari 2006 ketika 23 tersangka anggota al Qaeda berhasil melarikan diri dari penjara di Sanaa,

salah satunya adalah Jamal al Badawi yang diduga menjadi otak pemboman USS Cole.

Sebagian besar dari tersangka itu berhasil ditangkap kembali atau tewas, namun dua napi yang tidak begitu dikenal berhasil terus bebas dan mereka adalah Nasser Abdul Karim al Wuhayshi, mantan asisten pribadi Bin Laden di Afghanistan, dan Qasil al Raymi.

[Al Qaeda di Yaman bertanggungjawab atas serangan di ibukota Sanaa.]

Wuhayshi, berusia 33 tahun dan berasal dari negara bagian al Baida, bersekolah di institusi keamaan di Yaman sebelum berangkat ke Afghanistan di akhir tahun 1990an. Dia bertempur di Tora Bora pada bulan Desember 2001 sebelum melarikan diri ke perbatasan dan menyebrang ke Iran. Dia ditangkap di negara itu dan diekstradisi ke Yaman tahun 2003.

Setelah melarikan diri dari penjara, Wuhayshi dan Raymi dilaporkan memimpin pendirian al Qaeda di Yaman yang menerima anggota baru dan pejuang berpengalaman Arab yang kembali dari Irak dan Afghanistan.

Dengan perlindungan dari suku Yaman yang tidak suka dengan campur tangan pemerintah, kelompok ini mendirikan markas-markas yang menjadi pusat peluncuran serangan baru.

Kelompok ini mengaku bertanggungjawab atas dua serangan bunuh diri yang menewaskan enam wisatawan barat sebelum dikaitkan dengan serangan terhadap kedutaan AS di Sanaa pada bulan September 2008 dengan mempergunakan bom dan granat yang dilontarkan dengan roket. Sepuluh penjaga warga Yaman dan empat warga sipil tewas bersama dengan enam orang pelaku serangan.

Empat bulan kemudian, lewat rekaman video, Wuhayshi mengumumkan penggabungan al Qaeda dari Yaman dan Arab Saudi menjadi “al Qaeda Organisasi Jihad di Semenanjung Arab”.

Pengamat mengatakan langkah itu dibuat untuk menggabungkan anggota al Qaeda Arab Saudi yang melarikan diri dari negara mereka dan militan Yaman dibawah satu payung yang merupakan langkah pertama sebelum melakukan serangan ke seluruh wilayah.

Dalam rekaman itu, duduk di samping Wuhayshi dan Raymi adalah wakil ketua baru, Said Ali al Shihri, warga Arab Saudi yang dibebaskan dari penjara Guantanamo pada bulan November 2007.

Mantan tahanan lain, Mohammed Atiq al Harbi alias Mohammed al Awfi, terlihat di samping mereka dan dia disebut-sebut sebagai komandan lapangan.

Yang memalukan bagi Riyadh dan Washington, kedua orang itu dibebaskan dari Guantanamo untuk diserahkan ke pemerintah Arab Saudi di bawah program “deradikalisasi” bagi kaum militan yang antara lain meliputi program terapi seni. Keduanya meninggalkan fasilitas itu beberapa minggu setelah masuk program ini.

Serangan meningkat

Operasi pertama kelompok ini di luar Yaman dilakukan di Arab Saudi pada bulan Agustus 2009 terhadap kepala keamanan kerajaan, Pangeran Mohammed bin Nayef meski dia selamat.

Pembom menyembunyikan bom yang mengandung bahan peledak tingkat tinggi PETN [pentaerythyritol] di dalam tubuhnya.

Setelah berita mengenai rencana menghancurkan pesawat Airbus A330 milik Northwest Airlines yang gagal muncul, AQAP merilis pernyataan bahwa kelompok ini berniat membalas dendam atas operasi yang dilakukan oleh pasukan Yaman dibantu intelijen AS yang menewaskan puluhan militan.

[Wuhayshi diduga membentuk al Qaeda di Semenanjung Arab]

Kami memberitahu warga Amerika bahwa karena kalian mendukung pemimpin yang membunuh kaum wanita dan anak-anak kami…kami datang untuk membunuh kalian [dan] kami akan membunuh anda tanpa [peringatan], balas dendam kami sudah dekat,” ujar kelompok ini.

Kami menghimbau seluruh Muslim…untuk mengusir seluruh orang kafir dari Semenanjung Arab dengan membunuh para penjajah Kristen yang bekerja di kedutaan besar atau tempat lain…[dalam] perang total terhadap seluruh penjajah Kristen di Semenanjung milik Muhammad.

Setelah upaya pemboman itu pasukan pemerintah Yaman meluncurkan serangan besar terhadap AQAP, dengan sasaran para pemimpin senior kelompok itu dan juga kem pelatihan di daerah otonomi Shabwa, Abyan dan Marib.

Serangan itu dukung penuh oleh Amerika Serikat yang mengirim penasehat, menyediakan intelijen, mengerahkan pesawat pembom tak berawak dan menembakkan rudal.

Meski para pejabat mengatakan enam pemimpin tewas, serangan ini dianggap tidak berhasil karena kelompok ini justru mengubah strategi dan meningkatkan serangan di dalam wilayah Yaman.

Sejak bulan Januari, AQAP telah melakukan puluhan serangan bersenjata dan pemboman dengan sasaran militer, warga sipil dan diplomat yang menewaskan 90 personel keamanan dan warga sipil.

Laporan soal jumlah anggota AQAP sangat beragam -sejumlah pakar mengatakan jumlah pejuangnya tidak lebih dari 50 orang, sementara pihak lain yakin jumlah anggotanya berkisar antara 200-300 orang- tetapi sebagian besar sepakat bahwa jika organisasi ini dibiarkan mereka akan menjadi ancaman besar.

Say NO! to Terrorism!!

url. http://bbc.co.uk/indonesia/dunia/

***

Additi…:

1. Audio Ceramah; ‘Membongkar Akar Kesesatan Terroris Khowarij.

http://www.kajian.net/kajian-audio/Ceramah/Abdurrahman%20Thayyib/Membongkar%20Akar%20Kesesatan%20Teroris%20-%20Khowarij

2. Kharijite Islam [ The Kharijite theology was a radical fundamentalism, with uncompromised observance of the Quran in defiance of corrupt authorities ]./ Theologi Khawarij yang tidak berlandaskan/ menyimpang dari Al-Qur’an…

GLOBAL Security.org

http://www.globalsecurity.org/military/intro/islam-kharijite.htm

other millis;

http://www.adnkronos.com/AKI/English/Religion/?id=1.0.1993520344

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/pendirian-gereja-di-saudi-ditolak.htm

http://www.perisai.net/agama/di_arab_saudi_tidak_boleh_ada_tempat_ibadah_selain_masjid.

_________

Fenomena Fanatik

Fenomena Fanatik Buta Pada Kiyai

Fanatik terhadap kyai, ulama, atau ustadz memang telah mendarah daging dalam tubuh umat ini. Yang jadi masalah bukanlah sekedar mengikuti pendapat orang yang berilmu. Namun yang menjadi masalah adalah ketika pendapat para ulama tersebut jelas-jelas menyelisihi Al Qur’an dan As Sunnah tetapi dibela mati-matian. Yang penting kata mereka ‘ sami’na wa atho’na’ (apa yang dikatakan oleh kyai kami, tetap kami dengar dan kami taat). Entah pendapat kyai tersebut merupakan perbuatan syirik atau bid’ah, yang penting kami tetap patuh kepada guru-guru kami.

 

Fenomena Fanatik Buta

Fanatik -dalam bahasa Arab disebut ta’ashub– adalah sikap mengikuti seseorang tanpa mengetahui dalilnya, selalu menganggapnya benar, dan membelanya secara membabi buta. Fanatik terhadap kyai, ustadz, atau ulama bahkan kelompok tertentu telah terjadi sejak dahulu seperti yang terjadi di kalangan para pengikut madzhab (ada 4 madzhab yang terkenal yaitu Hanafi, Hanbali, Maliki, dan Syafi’i). Di mana para pengikut madzhab tersebut mengklaim bahwa kebenaran hanya pada pihak mereka sendiri, sedangkan kebathilan adalah pada pihak (madzhab) yang lain. Banyak contoh yang dapat diambil dari para pengikut madzhab tersebut. Di antara contoh perkataan bathil di antara mereka adalah ucapan Abul Hasan Al Karkhiy Al Hanafi (seorang tokoh fanatik di kalangan Hanafiyyah). Beliau mengatakan, “Setiap ayat dan hadits yang menyelisihi penganut madzhab kami (Hanafiyyah), maka harus diselewengkan maknanya atau dihapus hukumnya.

Syaikh Al Albani rahimahullah juga mengisahkan, bahwa ada seorang bermadzhab Hanafiyah mengharamkan pria dari kalangan mereka menikah dengan wanita bermadzhab Syafi’iyah, kecuali wanita tadi diposisikan sebagai wanita ahli kitab dianalogikan dengan wanita Yahudi dan Nasrani!! Hal ini masih terjadi hingga sekarang. Seperti ada seorang bermadzhab Hanafi dan dia begitu takjub dengan seorang khotib masjid Bani Umayyah di Damaskus, dia mengatakan, “Andaikan khotib tadi bukan bermadzhab Syafi’i, niscaya aku akan nikahkan dia dengan anak perempuanku!”

Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala’ juga menceritakan, bahwa Abu Abdillah Muhammad bin Fadhl Al Farra’ pernah menjadi imam sholat di masjid Abdullah selama 60 puluh tahun lamanya. Beliau bermadzhab Syafi’i dan melakukan qunut shubuh. Setelah itu imam sholat diambil alih oleh seseorang yang bermadzhab Maliki dan tidak melakukan qunut shubuh. Karena hal ini menyelisihi tradisi masyarakat setempat, akhirnya mereka bubar meninggalkan imam yang tidak melakukan qunut shubuh ini, seraya berkomentar, “Sholat imam tersebut tidak becus !!!”.

Inilah contoh yang terjadi di kalangan pengikut madzhab. Begitu juga yang terjadi pada umat Islam sekarang ini, banyak sekali di antara mereka membela secara mati-matian pendapat dari ulama atau guru-guru mereka (seperti membela kesyirikan, kebid’ahan, atau perbuatan haram yang dilakukan guru-guru tersebut), padahal jelas-jelas bertentangan dengan ayat dan hadits yang shohih.

 

Mempertentangkan Perkataan Allah dan Rasul-Nya dengan Perkataan Kyai/Ulama

Banyak dari umat Islam saat ini, apabila dikatakan kepada mereka, “Alloh telah berfirman” atau kita sampaikan “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda …”, mereka malah menjawab, “Namun, kyai/ustadz kami berkata demikian …”. Apakah mereka belum pernah mendengar firman Allah (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya” (Al Hujurot : 1) [?] Yaitu janganlah kalian mendahulukan perkataan siapapun dari perkataan Alloh dan Rosul-Nya. Dan perhatikan pula ayat selanjutnya dari surat ini. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (Al Hujurot : 2).

 

Ibnul Qoyyim rohimahulloh dalam I’lamul Muwaqi’in mengatakan,

“Apabila mengeraskan suara mereka di atas suara Rasul saja dapat menyebabkan terhapusnya amalan mereka. Lantas bagaimana kiranya dengan mendahulukan pendapat, akal, perasaan, politik, dan pengetahuan di atas ajaran rasul [?] Bukankah ini lebih layak sebagai penghapus amalan mereka [?]“

 

Ibnu ‘Abbas radiyallahu ‘anhuma mengatakan,

“Hampir saja kalian akan dihujani hujan batu dari langit. Aku katakan, ‘Rasulullah bersabda demikian lantas kalian membantahnya dengan mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata demikian.’ “(Shohih. HR. Ahmad).

Dari perkataan ini, wajib bagi seorang muslim jika dia mendengar hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dia paham maksudnya/penjelasannya dari ahli ilmu, tidaklah boleh bagi dia menolak hadits tersebut karena perkataan seorang pun. Tidak boleh dia menentangnya karena perkataan Abu Bakar dan Umar -radiyallahu ‘anhuma- (yang telah kita ketahui bersama kedudukan mereka berdua), atau sahabat Nabi yang lain, atau orang-orang di bawah mereka, apalagi dengan perkataan seorang kyai atau ustadz. Dan para ulama juga telah sepakat bahwa barangsiapa yang telah mendapatkan penjelasan dari hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak boleh baginya meninggalkan hadits tersebut dikarenakan perkataan seorang pun, siapa pun dia. Dan perkataan seperti ini selaras dengan perkataan Imam Syafi’i -semoga Alloh merahmati beliau-. Beliau rahimahullah mengatakan,

“Kaum muslimin sepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya karena perkataan yang lainnya.” (Madarijus Salikin, 2/335, Darul Kutub Al ‘Arobi. Lihat juga Al Haditsu Hujjatun bi Nafsihi fil ‘Aqoid wal Ahkam, Muhammad Nashiruddin Al Albani, hal. 79, Asy Syamilah)

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya Musa hadir di tengah kalian dan kalian mengikutinya dan meninggalkanku, maka sungguh kalian telah tersesat dari jalan yang lurus. Sekiranya Musa hidup kembali dan menjumpai kenabianku, dia pasti mengikutiku.” (Hasan, HR. Ad Darimi dan Ahmad).

Maksudnya apabila kita meninggalkan sunnah Nabi dan mengikuti Musa, seorang Nabi yang mulia yang pernah diajak bicara oleh Alloh, maka kita akan tersesat dari jalan yang lurus. Lantas bagaimana pendapat saudara sekalian, apabila kita meninggalkan sunnah Nabi dan mengikuti para kyai, tokoh agama, ustadz, mubaligh, cendekiawan dan sebagainya yang sangat jauh bila dibandingkan Nabi Musa ‘alaihis salaam??! Renungkanlah hal ini.

 

Dampak Fanatik Buta

Fanatik memunculkan berbagai dampak negatif yang sangat berbahaya bagi pribadi secara khusus dan masyarakat secara umum. Berikut ini kami paparkan beberapa dampak yang terjadi karena fanatik buta.

[1] Memejamkan mata dari dalil yang kuat dan berpegang dengan dalil yang rapuh

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Mayoritas orang-orang fanatik madzhab tidak mendalami Al Qur’an dan As Sunnah kecuali segilintir orang saja. Sandaran mereka hanyalah hadit-hadits yang rapuh atau hikayat-hikayat dari para tokoh ulama yang bisa jadi benar dan bisa jadi bohong.”

[2] Merubah dalil untuk membela pendapatnya

Contohnya adalah atsar tentang qunut shubuh yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi, dan beliau menshohihkannya. Dari Malik Al Asyja’i rodiyallohu ‘anhu berkata, “Saya pernah bertanya kepada ayahku,’Wahai ayahku! Sesungguhnya engkau pernah sholat di belakang Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali di sini -di Kufah-. Apakah mereka melakukan qunut shubuh?’ Jawab beliau,’Wahai anakku, itu merupakan perkara muhdats (perkara baru yang diada-adakan dalam agama -pen)’ “. Tetapi seorang tokoh bermadzhab Syafi’i di Mesir malah mengganti hadits tersebut dengan lafadz yang artinya, ‘Wahai anakku, ceritakanlah (kata muhdats diganti dengan fahaddits yang berarti ceritakanlah-pen) [!]‘ Dan tokoh ini juga mengatakan, “Sholatnya orang yang meninggalkan qunut shubuh secara sengaja, maka sholatnya batal yaitu tidak sah.”

Sungguh perbuatan tokoh ini dikarenakan sikap fanatik beliau pada madzhabnya yang mengakar kuat pada dirinya. Tetapi lihatlah perbedaan yang sangat menonjol dengan orang yang mengikuti kebenaran, walaupun madzhabnya sama dengan tokoh fanatik di atas. Beliau -Abul Hasan Al Kurjiy Asy Syafi’i- tidak pernah melakukan qunut shubuh dan beliau pernah berkata,”Tidak ada hadits shohih tentang hal itu (yaitu qunut shubuh,-pen).”

[3] Sering memalsukan hadits

Di antara hadits palsu hasil rekayasa orang-orang yang fanatik madzhab untuk membela madzhabnya, yaitu riwayat dari Ahmad bin Abdilllah bin Mi’dan dari Anas secara marfu’ : “Akan datang pada umatku seorang yang bernama Muhammad bin Idris (yakni Imam Syafi’i-pen), dia lebih berbahaya bagi umatku daripada Iblis. Dan akan datang pada umatku seorang bernama Abu Hanifah, dia adalah pelita umatku”. Hadits ini selain palsu, juga bertentangan dengan nash yang menyatakan bahwa pelita umat ini adalah Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 46.

[4] Menfatwakan bahwa taqlid hukumnya wajib

Para fanatisme madzhab atau kelompok akan menyerukan kepada pengikutnya tentang kewajiban taqlid yaitu mengambil pendapat seseorang tanpa mengetahui dalilnya. Hal ini sebagaimana yang diwajibkan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Salah seorang tokoh organisasi tersebut mengatakan, “Sejak ratusan tahun yang lalu sampai sekarang sebagian besar umat Islam di seluruh dunia yang termasuk dalam golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah membenarkan adanya kewajiban taqlid bagi orang yang tidak memenuhi syarat untuk berijtihad …”

Ini adalah ucapan yang bathil. Tidak pernah ada kewajiban seperti ini dari Alloh, Rosululloh, sampai-sampai imam madzhab sekalipun. Karena pendapat imam madzhab itu kadangkala benar dan kadangkala juga salah. Seringkali para imam madzhab berpegang pada suatu pendapat dan beliau meralat pendapatnya tersebut. Dan para imam itu sendiri melarang untuk taqlid kepadanya, sebagaimana Imam Syafi’i rohimahulloh (imam madzhab yang organisasi ini ikuti) mengatakan,

“Setiap yang aku katakan, kemudian ada hadits shohih yang menyelisihinya, maka hadits Nabi tersebut lebih utama untuk diikuti. Janganlah kalian taqlid kepadaku”.

Janganlah Menolak Kebenaran

Sesungguhnya Allah telah mengutus para rosul untuk segenap manusia. Alloh mengutus para rasul untuk mendakwahi manusia agar mereka beribadah dan menyembah kepada Allah semata. Akan tetapi kebanyakan mereka mendustakan rosul-rosul utusan Alloh itu; mereka tolak kebenaran yang dibawanya, yaitu ketauhidan. Akhirnya mereka pun menemui kebinasaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji sawi.” Kemudian beliau melanjutkan hadits ini dengan berkata, “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim)

Berdasarkan hadits di atas, tidak diperbolehkan bagi seorang mukmin menolak kebenaran atau nasehat yang disampaikan kepadanya. Karena jika demikian berarti mereka telah menyerupai orang-orang kafir dan telah menjerumuskan dirinya ke dalam sifat sombong yang bisa menghalanginya masuk surga. Maka, sikap hikmah (yaitu sikap menerima kebenaran dan tidak meremehkan siapapun yang menyampaikannya -pen) menjadi senjata yang ampuh bagi seorang mukmin yang selalu siap digunakan. Maka dari itu, kita wajib menerima kebenaran dari siapapun datangnya, bahkan dari setan sekalipun.

Ya Alloh, tunjukilah -dengan izin-Mu- bagi kami pada kebenaran dalam perkara yang kami perselisihkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menunjuki siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.

 

[Disarikan oleh Abu Isma’il Muhammad Abduh Tuasikal dari Majalah Al Furqon ed.11/Th.II, At Tamhiid li Syarhi Kitaabit Tauhid-Syaikh Sholeh Alu Syaikh, al Firqotun Najiyah-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah]

 

Penulis: Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel. rumaysho.com

Kategori:Fanatisme Tag:,